Salah satu aspek cinta yang luar biasa memberi keindahan hidup adalah memaafkan. Pengalaman memaafkan itu indah dan menyenangkan.
Saat mengunjungi Bukit Doa di Tarutung, Tapanuli Utara, saya melihat satu papan yang menggoda saya berhenti sejenak, membaca kalimat yang tertulis di sana:
"Mengampuni adalah seperti bunga natninole yang memberikan keharumannya kepada orang yang menginjaknya."
Kalimat itu benar-benar menggugah hati. Sebab Penulis sendiri lama mengalami penolakan, banyak akar pahit yang tumbuh. Saya bersyukur, lewat pendidikan di sekolah konseling dan pengalaman di konseling membuat saya banyak terlepas dari kepahitan.
Johan Arnold dalam sebuah tulisannya berkata:
"Memaafkan adalah pintu perdamaian dan kebahagiaan. Pintu itu kecil, sempit dan tidak dapat dimasuki tanpa membungkuk."
Benar, tanpa merendahkan hati dan rela berkorban memaafkan menjadi hal yang sangat sulit. Memaafkan berarti kita memilih untuk membebaskan lawan. Memaafkan juga berarti kita menyerah pada tuntutan kita sendiri, siap diperlakukan tidak adil serta siap terluka dan siap dikecewakan.
Pengalaman memaafkan adalah pengalaman bebas dari kepahitan, kemarahan, dan kebencian. Oleh karena itu, memaafkan membutuhkan skill atau ketrampilan mengolah hati, emosi, dan pikiran kita. Ini tidak pernah langsung sekali jadi. Butuh proses. Pengampunan juga berarti memberi orang lain kesempatan yang kedua, serta berani mematahkan lingkaran kepahitan dan mengizinkan kita memulai hubungan yang baru.
Bagaimanapun setiap kita yang sedang menyimpan kemarahan atau kepahitan kepada seseorang, selalu ada godaan untuk membalas. Membalas yang jahat dengan jahat. Itu adalah tendensi manusia pada umumnya. Kuasa benci mirip dengan cinta. Ada kuasa negatif yang mendorong kita ingin melakukan hal yang jahat, atau memikirkan atau mengharapkan agar terjadi hal yang buruk pada orang yang kita benci tadi. Ini tentunya mengambil sebagian energi kita, dan lama kelamaan merusak emosi dan pikiran kita. Kebencian dan kemarahan yang tersimpan bisa menimbulkan banyak akibat buruk, termasuk berbagai penyakit dalam tubuh kita.
Sakit hati kita kepada seseorang biasanya akan lebih besar karena muncul ambivalensi. Ambivalen adalah perasaan mendua terhadap orang yang kita kasihi. Di satu sisi kita sayang dan hormat kepada orangtua kita, tetapi sekaligus ada perasaan benci. Kita hormat karena orangtua yang melahirkan dan membesarkan kita, tetapi kita ada rasa benci karena dia mengabaikan kita. Kalau dua perasaan itu muncul itu namanya ambivalensi, sakitnya luar biasa. Akibatnya bisa macam-macam. Stress satu di antaranya.
Tiga Jenis Manusia
Dalam pengalaman konseling, kami menemukan tiga jenis orang. Pertama, ada orang yang tahu bahwa dia harus memaafkan. Dia tahu, memaafkan itu adalah hal yang baik dan diperkenan Tuhan. Namun dalam hatinya dia tetap tidak mau memberi maaf. Ada banyak alasan mengapa seseorang berat hati memaafkan. Satu di antaranya adalah seperti seorang ibu muda yang pasangannya berselingkuh. Saat dia diajak untuk memaafkan suaminya, dia langsung mengatakan, "Wah....kalau saya maafkan kesalahan suaminya saya nanti dia ngelunjak (menindas), dan akan berbuat serong lagi sesuka hatinya...saya tidak akan maafkan kesalahannya."
Kedua, adalah orang yang mau memaafkan tetapi tidak tahu bagaimana caranya. Meskipun ingin, tetapi mereka merasa tidak mampu. Kemarahan dan dendam terus menguasai hati mereka. Ada dua penyebab mengapa orang sulit memaafkan; yakni, karena memandang statusnya (pendeta, suami, ayah/ibu, dll) atau karena kita pernah menolong orang tersebut (berjasa terhadap orang tersebut). Apa maksudnya? Mengapa kita kadang sulit memaafkan?
Kita sulit memaafkan karena kita memandang status orang yang melukai kita. Mungkin dia adalah ayah kita atau pendeta, dan sebagainya. Kalau kita memandang dia sebagai ayah, kita merasa beralasan tidak memaafkan ayah kita. Bukankah dia seorang ayah? Bukankah tidak pantas si ayah membeda-bedakan anak-anaknya?
Sebab itu, jangan memandang status seseorang, tetapi lihatlah dia sebagai manusia berdosa yang bisa salah, siapa pun dia.
Firman Tuhan berkata dalam Roma 3:23 "...semua manusia telah berbuat dosa...." Dalam ayat ini dijelaskan semua sifat berdosa dari manusia, tidak ada yang benar... tidak ada yang baik, semuanya jahat. Berarti ketika kita bertemu dengan oknum-oknum yang menyakiti kita tadi Pandang dia sebagai orang berdosa. Akan ada satu kekuatan baru untuk memaafkan. Praktekkan ini tiap kali melihat atau mengingat orang yang melukai kita. Ini kita sebut: olah pikir.
Coba renungkan kembali Roma 3 : 10-23. Lebih baik lagi jika kita bertemu dengan diri sendiri ketika membaca ayat ini. Kita menempatkan diri dalam ayat-ayat tersebut. Ambillah Alkitab, bacalah sekarang juga! Karena sebenarnya ayat ini berbicara tentang diri kita sendiri. Kalau kita berani masuk dalam hadirat Tuhan, kita akan menemukan bahwa dosa kita 1001 kali lebih banyak dari orang yang menyakiti kita. Kita akan menemukan betapa kotor dan najisnya hidup kita. Ketika bertemu dengan kekotoran itu, anda jauh bisa lebih mengerti kejahatan dan perbuatan orang lain. Jadi, belajarlah menghitung dosa sendiri, dan belajar berkata seperti Rasul Paulus, "di antara orang berdosa, akulah yang paling berdosa."
Ketiga adalah orang yang tahu, mau dan mampu memaafkan. Orang ini sudah belajar memaafkan. Kita sulit mengampuni orang karena kita merasa bahwa kita punya jasa. Kita merasa sudah menolong orang tersebut, tetapi orang itu tidak mau menolong, malah memfitnah kita. Misalnya, sebagai istri kita merasa sudah melayani suami dengan cara terbaik, tetapi suami masih menyeleweng. Sebagai ibu mungkin Anda sakit hati karena sudah mengurus anak dengan baik tetapi anak Anda masih terus melawan dan mengabaikan Anda sebagai ibu. Makin kita menghitung jasa, makin sulit kita mengampuni. Karena itu, berhentilah menghitung jasa!
Bagaimana Memandang Orang yang Melukai Anda
Memaafkan adalah tindakan yang bukan langsung jadi, butuh proses. Ada beberapa langkah yang perlu kita alami dan lakukan sebelum mampu memaafkan secara tuntas.
Pertama, kita sendiri sudah mengalami dan menerima pengampunan Tuhan. Tanpa kesadaran ini maka kita sulit memberi pengampunan. Seberapa besar kita menyadari dan menerima pengampunan Tuhan maka lebih besar kemungkinan kita cepat memaafkan. Rasul Paulus punya kesadaran yang baik akan hal ini. Dia berkata dalam suratnya kepada Timotius, "... di antara orang berdosa akulah yang paling berdosa_". Kesadaran ini membangun pribadi Paulus yang pemaaf. Dia berhasil menangani begitu banyak konflik yang ia hadapi dalam pelayanannya.
Tak seorangpun dari kita bebas dari dosa dan kesalahan, jadi kitapun butuh maaf dari orang lain. Tidak ada satu orangpun yang tidak butuh maaf dari orang lain.. Siapakah dari antara kita yang berani berkata, "saya tidak pernah bersalah"? Alasan kita memaafkan adalah karena hanya itulah jalan untuk menunjukkan kasih Allah pada sesama kita. Sebelum mengampuni orang lain, kita harus mampu menerma dan mencintai diri kita sendiri tanpa syarat. Kita mampu menerima dan memaafkan orang lain karena kita sudah melakukannya untuk diri kita sendiri. Mengampuni adalah tanda bahwa kita sudah merdeka.
Kedua, kita perlu lebih dulu memaafkan diri sendiri. Artinya menerima dan berdamai dengan masa lalu kita sendiri. Mengatasi semua rasa bersalah dan menangani ketidakpuasan yang masih ada dalam diri kita. Apakah anda masih mempunyai kebiasaan menghakimi dan menyalahkan diri sendiri? Hal ini akan menghambat kemampuan Anda mengampuni orang lain.
Jika Anda masih belum berdamai dengan diri sendiri, baik sekali jika Anda pergi menemui seorang konselor profesional. Ada contoh yang unik dalam pengalaman konseling saya. Seorang Ibu yang begitu marah pada suaminya yang berselingkuh, setelah menjalani konseling sikapnya berubah. Dia akhirnya berkata, "Apapun yang dilakukan suami saya, saya akan tetap mencintainya. Aku harus memaafkan suamiku. Aku sudah memilih dia sebagai suami, aku harus siap menerima kesalahan dan kelemahannya juga. Aku harus memaafkan diriku sendiri, mengapa aku memilih dia sebagai suami. Aku harus membantu dia mengatasi masalah ini."
Jika Anda masih punya beban dan dosa yang mengganggu hidup, segeralah bawa kepada Tuhan. Bawalah semua dosa dan beban (guilty feeling, bad habit, inferiority) yang masih mengganggu anda. Ada satu janji Tuhan yang selalu menguatkan kami "... marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita..._."
Ada lima tahap penting dalam proses kita mengampuni orang lain. Pertama, adalah kemampuan menyadari dan menerima rasa sakit hati kita akibat perbuatan orang lain. Jangan menolak, menyangkal atau menganggap remeh sakit hati anda itu. Sadari juga akibat-akibat yang sudah ditimbulkan rasa sakit itu.
Kedua, cobalah memahami alasan orang itu menyakiti hati anda. Mengampuni hanya akan terjadi bila kita mengulurkan tangan kita kembali kepada pihak yang bersalah. Berusaha melihat nilai-nilai baik yang ada pada orang yang melukai kita. Belajar memahami dari perspektif orang tersebut, meski hal ini tidaklah mudah.
Ketiga sadarilah bahwa ada kalanya anda tidak sanggup memikul akibat itu sendirian.Anda perlu membagikan kesusahan dan penderitaan anda pada seseorang yang anda percayai. Ada kalanya anda frustrasi menghadapi kenyataan itu dan kadang menjadi begitu sayang diri. Misal, muncullah pertanyaan : "mengapa saya harus mengalami hal ini.?" Kita juga perlu ingat bahwa masa lalu adalah kenyataan yang tidak dapat diubah, kita harus belajar menerimanya dan bahkan menjadikannya bagian penting dari pembentukan diri kita seutuhnya. Dengan kesadaran ini akan muncul kekuatan dan kemauan untuk membangun kembali hubungan dengan orang yang sudah melukai kita. Pengampunan berarti kita membuka dan membangun kembali hubungan yang sudah rusak dan retak tadi.
Keempat, kadang juga timbul kemarahan. Kita tidak mau menjadi korban dari kesalahan orang lain. Tahap kelima adalah, anda mulai menerima kenyataan anda terluka dan haryus menghadapi secara riel. Pada tahap ini anda berusaha menjadi pribadi yang tetap bahagia meski mengalami kesusahan akibat ulah orang lain.
Satu hal yang kita syukuri adalah bahwa pengalaman terluka ini akan membuat kita punya kekuatan untuk menghadapi luka yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dalam sebuah relasi yang dekat dan kuat akan selalu ada kemungkinan untuk kita saling mengecewakan.
Beberapa Langkah Praktis Untuk Memaafkan :
Ada beberapa langkah praktis yang perlu untuk mengolah hati, emosi dan pikiran, serta perilaku baru. Sangat baik jika dilakukan dalam group counseling. Ada beberapa saran praktis untu dapat mengampuni :
Mengakui kebutuhan anda untuk disembuhkan
Bagi banyak orang hal ini bukan masalah, tetapi jika kita terluka dan tidak mengakui, maka jelas tidak ada tempat untuk pertolongan. Mengakui kebutuhan kita merupakan suatu tanda kesehatan mental yang baik dan bukti sikap yang jujur. Seringkali kita ingin mengakui tapi kita takut untuk ditolak. Kerelaan untuk belajar dan kerendahan-hatilah yang akan mengizinkan kesembuhan dimulai.
Mulailah bersikap jujur dengan Allah, kemudian cari teman yang bisa mengerti keadaan anda. Kejujuran akan mendatangkan kasih karunia Allah dalam hidup kita.
Mengakui emosi yang negatif
Beberapa di antara kita mengarungi kehidupan dengan mengumpulkan emosi yang negatif. Kita tidak diajarkan bagaimana mengenali atau mengkomunikasikan perasaan kita sehingga kita menimbun kemarahan, kekecewaan, ketakutan, kepahitan dan emosi negatif lain sejak kanak-kanak.
Kita menindih emosi negatif yang satu di atas yang lain, sama seperti menumpuk sampah. Proses penimbunan emosi ini menghasilkan akibat yang tragis.
Emosi itu sendiri bukanlah dosa. Emosi dapat menghasilkan sikap berdosa jika diarahkan dengan cara yang negatif kepada Allah, diri sendiri, dan orang lain. Untuk memutuskan lingkaran penindasan emosi mintalah Allah untuk memberi Anda kesempatan mengungkapkannya kepada orang yang mengerti anda dan memberikan dorongan untuk jujur dengan perasaan anda.
Mengampuni bukan sekedar melupakan kesalahan yang dilakukan seseorang terhadap kita.
Mengampuni berarti memaafkan orang untuk kesalahan yang telah diperbuatnya.
Mengampuni berarti menunjukkan kasih dan penerimaan, meskipun disakiti.
Mengampuni seringkali merupakan suatu proses dan bukan suatu tindakan 'sekali jadi'.
Pengampunan adalah membuat keputusan secara sadar untuk berhenti membenci karena kebencian itu sama sekali tidak ada gunanya. Kita terus mengampuni sampai rasa sakit itu hilang.
Semakin dalam lukanya, semakin besar energi atau daya pengampunan itu diperlukan. Memaafkan bukanlah tindakan yang dilakukan kadang-kadang saja, melainkan merupakan sikap yang permanen.
Sama seperti seorang dokter harus membersihkan luka di tubuh kita dan menjaga agar jangan terkena infeksi supaya dapat sembuh dengan baik. Begitu pula kita harus menjaga kebersihan luka-luka batin kita dari kepahitan supaya luka itu cepat sembuh.
Mengampuni adalah antiseptik bagi luka batin kita. Jika kita sudah menerima pengampunan secara cuma-cuma oleh korban Kristus,Tuhan meminta kita memaafkan sesama kita yang bersalah kepada kita. Tetapi itu tidak cukup.
Sang Penebus, meminta kita menjadi "agen" penebus yang mendistribusikan kasih dan pengampunan-Nya itu kepada sebanyak mungkin orang. Inilah tugas konseling. Anda dipanggil untuk melatih sesama mengampuni sesamanya.
Akhirnya, Menerima Maaf Melegakan Hati. Memaafkan Diri Sendiri itu Sehat. Memaafkan Sesama, itu Ilahi. Melatih Orang Memaafkan, itu Mulia. Membantu Orang Menerima Pengampunan Tuhan, itu memberinya Hidup Kekal
Julianto Simanjuntak
Penulis, Pengajar Konseling dan terapis masalah keluarga
JuliantoSimanjuntak.com